Senin, 08 Oktober 2012

Analisis buku filsafat sains menurut Al-Qur'an


FILSAFAT SAINS MENURUT  ALQUR’AN
(review buku)
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mandiri
Mata Kuliah : Keterpaduan Islam & Iptek
Dosen Pengampu : Edy Chandra,S.Si,MA

Disusun Oleh :
YULIYANTI
(59461219)
Tarbiyah IPA Biologi – B/VII

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
2012
BAB I

A.    PENGARANG
1.      Latar belakang penulis
      Prof. Mehdi Golshani lahir di Isfahan, iran pada tahun 1939. Setelah menyelesaikan s-1 di bidang fisika di universitas Teheran, ia melanjutkan ke universitas Carolina, Berkeley dan memperoleh gelar doktoralnya pada tahun 1969 dengan spesialisasi di bidang fisika partikel. Sekjak 1970 ia mengajarkan fisika di Universitas Teknologi Syarif, Teheran, dan sempat menjadi ketua jurusan fisika disana. Atas inisiatifnya universitas itu pada 1995, mendirikan jurusan filsafat sains dan ia menjadi ketuanya hingga kini, saat ini, ia juga menjabat sebagai direktur pada Institute Kajian Humaniora dan Budaya di Iran.
      pada 1998 ia termasuk dari ilmuan muslim yang diundang untuk berbicara pada konferensI “Science and Spiritual Queast” di Berkeley. Sejak itu ia kerap berbicara di berbagai forum internasional mengenai ialam dan sains, sebelumnya paa 1995, ia pernah menerima Hadiah Templeton untuk program mata kuliah sains dan agama.
Smua aktivitas ini tak mengalihkan dirinya dari riset-riset di bidang fisika yang hingga kini masih aktif ditekuninya. Saat ini, minat risetnya terpusat pada beberapa masalha dasar dalam kmsmologi dan mekanika kuantum, khususnya implikasi Teorema Bell dan generalisasi mekanika Bohmian.
2.      Tentang buku
                        Buku yang saya reviw ini berjudul “FILSAFAT SAINS MENRUT AL-QUR;AN”
Yang terdiri dari empat bab. Bab yang pertama adalah sains dan umat islam, bab kedua tentang kepentingan ilmu-ilmu kealaman menurut islam, bab yang ketiga tentang dimensi keilmuan Al-Qur’an dan yang terakhir adalah filsafat sains : sebuah pendekatan Qurani.
            Buku ini adalah edisi kedua dari buku yang diterbitkan pertama kali pada 1986, dan diterjemahkan ke bahasa Indonesia pertama kali pada 1988. Sepintas buku ini memang tampak sederhana. Terdiri dari hanya 4 empat bab dan di dalamnya nyaris setiap halamannya terdapat kutipan ayat-ayat Al-Qur’an ataupun hadits, diikuti oleh kesimpulankesimpulan penulisnya. Argumentasi Golshani pun tampak amat straightforward.
            Memang sulit bagi kita menemukan buku semacam ini, yang dengan sistematis membahas knsep islam langsung meletakkannya dalam konteks sains modern yang digeluti penulis, seorang fisikawan yang belakangan tertarik mempelajarai filsafat sains.
            Sementara aat-ayat Al-Qur’an dan hadis-hadis yang dikutip oleh Golshani sudah kerap muncul di buku-buku sejenis. Pada Golshani, smber-sumber ini teramu menjadi suatu “filsafat sains menurut Al-Qur’an” (inilah judul terjemahan indonesianya , judul aslinya : The Holy Qur’an and the Science of Nature). Filsafat sains ini pun tampak tak terlalu canggih jika dibandingkandengan filsafat sains dalam pengertina yang lebih umum, sebagai suatu cabang filsafat yang bari berkembang pesat di awal abad ke-20. Namun, tak berlebihan kiranya jka dikatakna bahwa dlam semua kesederhanaanya  dalam buku ini Golshani mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar yang kerap diajukan mengenai sikap muslim terhadap sains modern.
B.     TENTANG PENULIS.
            Karya Mehdi ini dalam kepolosannya menunjukan orisinalitas. Polos karena penulisnya seolah-olah tidak yahu-menahu dan tak secra langsung merespon perdebatan yang ekstensif di kalangan muslim mengenai tema penting ini. Sedangkan orisinalitasnya tampak dalam cirri utama buku ini yang dalam setiap babanya penulis beruaya merujuk ayatayat Al-Qur’an atau sumber-sumber tradisional dalam khazanah intelektual isla secara lagsung, untuk lalu dikaitkan dengan problematika sains modern dalam berbagai aspeknya.








BAB II


A.    Sains dan Umat Islam
            Salah satu cirri yang membedakan islam dengan yang lainnya adalah penekanannya terhadp masalh ilmu (sains). Al-Quran dan Al-Sunnah mengajak kaum muslim untuk mencari dan mendapatkan ilmu dan kearifan serta menempatkan orang-orang yang berpengetahuan  pada derajat yang tinggi. Sebagian ayat-ayat Al-Quran dan Al-Sunnah yang relevan akan disebutkan di dalam pembahsan ini beberapa ayat pertama yang diwahyukan kepada Rasulullah Saw, Menyebutkan pentingnya membaca, pena dan ajaran untuk manusia.
            Bacalah dengan (menyebut) nama tuhannmu yang menciptakan .
            Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah.
            Dan tuhanmulah yang paling pemurah. Yang mengajar (manusia)
            Dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada
            manusia yang tidak diketahuinya  (QS  96 : 1-5).
Kita melihat bahwa konsepsi islam tentang ilmu itu masalah ilmu-ilmu apa yag dianjurkan islam, telah merupakan pokok penting yanag mendasar sejak hari-hari pertama islam. Apaka aa bentuk ilmu khusus yang harus dicari / sebagian ulama besar hanya memasukkan cabang-cabang ilmu yang secara langsung berhubungan dengan agama. Sedangkan tipe-tipe ilmu yang lain mereka menyerahkan kepada masyarakat untuk menentukan ilmu mana yang paling esensial untuk memelihara dan menyejahterakan diri mereka.
Hadis “mencari ilmu itu  wajib bagi setia muslim” telah melahirkan berbagia pembahasan seperti ilmu apa yang harus dicari oleh seorang muslim. Persoalan ini berkenaan dengan berbagai pendapat yang dianjurkan sejak masa yang silam.
Al-Ghazali sendiri lebh memandang bahwa ilmu ynag wajib diari menurut agama adalah terbatas pada pelaksanaan kewajiban-kewajiban syariat islam yang harus diketahui dengan pasti. Misalnya, seseorang yang kerjanya berternak binatang haruslah mengetahui aturan zakat. Atau apabila seseorang menjadi pedagang yag malakukan usahanya di dalam system riba, maka orang itu harus menyadari doktrin gma mengenainya sehingga dapat menjauhinya
            Al-Ghazali membahas ilmu yang termasuk wajib kifayah ( sesuatu yang wajib atas keseluruhan masyarakat selama kewajiban untuk memenuhi kebutuhan social tersebut masih ada, tetapi setelah kewajiban itu dilaksanakan oleh sejumlah individu, otomatis yang lain terbebas dai kewajiban itu ). Beliau mengklasifikasikan ilmu kepada “ilmu agama”  dan “ilmu non agama”. Denga ilmu agama beliau maksudkan kelompok ilmu yang diajarkan lewat ajaran-ajaran nabi dan wahyu, sedangkan ilmu non agama juga diklasifikasikan kepada yang terpuji dibolehkan dan tercela. Contoh ilmu tercela yaitu sihir.
Menurut Muthahhari, “ kelengkapan dan kesempurnaan ilmu islam sebagai suatu agama menuntut agar setiap lapangan ilmu yang berguna bagi masyarakat islam dianggap sebagai bagian dari kelompok ilmu agama”.
            Konsep ilmu ynag mutlak muncul dalam maknanya yang umum sebagaimana dapat dilihat dari contoh-contoh di bawah ini :
Katakanlah : adakah mereka yang mengetahiu dengan mereka ynag tidak diketahui itu sama? (QS 39:9)
(Allah) mengajarkan kepada manusia apa yang belum dia ketahui. (QS 96:5).
Dan diatas tiap-tiap orang yang berilmu itu ada lagi yang maha mengetahui.
(QS 12:31)
            Menurut Al-Quran mempeajari kitab alam akan mengungkapkan rahasia-rahasianya kepada manusia dan menampakkan koherensi , konsistensi dan aturan di dalamnya. Ini akan memungkinkan manusia untuk menggunakan ilmunya sebagai perantara untuk menggali kekayaan-kekayaan dan sumber-sumber yag tersembunyi di dalam alam dan mencapai kesejahteraan materil lewat oenemuan-penemuan ilmiahnya. Jadi seluruh ilmu itu baik ilmu teologi maupun ilmu-ilmu kealaman merupakan alat untuk mendekatkan diri kepada Allah dan selama memerankan peranan ini, maka ilmu itu suci. Akan tetapi kesucian ni tidak intrinsic. Sebagaimana Dr. Behesyti mengatakan : “ setiap bidang ilmu ,selama tidak menjadi alat di tangan thagut (selain allah ), merupakan alat-alat pencerahan, jika tidak ilmu bias juga menjadi alat kesesatan.”
B.     Kepentingan ilmu-ilmu Kealaman Menurut Islam
            Kita dapat mencatat bahwa dalam islam, segala sesuatu berputar di sekitar porios kesatuan tuhan (tauhid) dan bahwa kelayakan sains dan teknolgi didasarkan pada fakta bahwa itu adalah alat yang dapat menambah pengetahuan kita tentnag tuhan dan efektif dalam mendirikan sebuah masyarakat tauhid yang mandiri. Pada zaman kita, ketika Negara-negar islam dibawah pegaruh orang-orang kafir, kaum muslim memikul tanggung jawab besar di pundak mereka. Kaum muslim harus mempersiapkan dan memperalati diri mereka dalam segala masalah dank arena ilmu-ilmu empiris masa ini memerankan peranan penting dalam segala aspek kehidupan materil, maka memperkuat dimensi kebijaksanaan islam dalam hal ini merupakan keharusan. Oleh kaena itu, Negara-negara islam harus mendirikan pusat-pusat riset keilmuan dan teknologi, dan harus melatih para ahli tingkat tinggi dalam seluruh bidang sains dan teknologi yang berguna. Dalam upaya ini bagaimanapum mereka harus menekankan pada bidang sains fundamental yang orisinal daripada melakukan peniruan dari orang lain.
Pada sisi lain, agar dapat meraih sukses kebangkian sains dalam kebijaksanaan islam, beberapa masalah penting harus diperhatikan :
1.      Jelaslah bahwa pada saat ini kaum muslim perlu mempelajari sain dan teknologi dari Negara-negara yang maju dalam bidang-bidang ini dan tentunya ia tidak dengan sendirinya merupakan perbuatan yang tercela. Nyatanya Rasulullah Saw bersabda : “hikmah (kearifan) itu kepunyaan orang mukmin yang hilang, dimana saja ia mendapatkannnya , ia lebih berhak memilikinya”.
2.      Kita harus menghidupkan kembali semangat ilmiah para sarjana pendahulu kita dan semangat mereka untuk membentuk kembali cabang-cabang ilmu dan memanfaatkannya demi kemajuan peradaban islam. Mereka tidak melihat suau kontradiksi nyata antara yang disebut ilmu agama dan ilmu kealaman. Mereka memandang sama tujuan keduanya. Dalam pandangan mereka bail ilmu biologi ataupun fisika menunnjukkan keharmonissan diantara berbagai bagian jagat raya dan dengan demikian ilmu-ilmu itu membawa kita kepada tuhan yang merupakan tujuan agama kita. Inijuga dapat membawa sains dan teknologi dibawah petunjuk pandangan islam.
3.      Menurut Al-Qur’an manusia adalah khalifah Allah di bumi :  ingatlah ketika tuhanmu berfirman kepada para malaikat : “ sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah dimuka bumi.” (QS 2:30)
sekarang untuk mempermainkan peranan ini tuhan telah member manusia segala bentuk pemberian dan telah merahmatinya dengan akal dan antara penciptaan mnusia dan lingkungan alam semesta telah diberi keharmonisan yang indah sehingga manusia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Orang –orang islam dilarang mmebuat kerusakan di bumi atau menyebarkan ketidakadilan dan kejahatan di atas bumi. Mereka di wajibkan menempati bumi ini dengan cara yang dikehendaki tuhan : dia telah menciptakanmu  dari tanah dan menjdikanmu penghuninya. (QS 11:61) 
4.      Disekolah dan universitas Negara-negara islam perhatian yang cukup harus diberikan pada problem penyucian moral para pelajar. Hanya dengan begitulah para tamatan sekolah-sekolah dan universitas itu akan menjadi beriman dan berilmu.
Ilmu tanpa iman tidak akan menghasilkan sesuatu yang baik daripada apa yang dihasilkan peradaban barat dan para ilmuwan yang tidak beriman tidak akan memiliki tuuan kecuali jabatan, kekuatan dan kekayaan. Sarjana- sarjana ialam harus tau bahwa orang terdekat kepada tuhan adalah mereka yang paling tedidik, adil, dan baik kepada orang lain.
5.      Al-Quran menyebutkan para pengikut islam sebagai umat yang mempunyai keseimbangan dengan adil.
Ya tuhan kami, berilah kami kebaikan  dunia dan kebaikan  di akherat dan peliharalah kami dari siksa neraka. (QS 2 :201)
dengan demikian orang-orang islam tidak boleh seperyi orang barat, terlibat terlalu dalam pada aspek kehidupan materiil dan tidak boleh melibatkan dimensi eksistensi spiritual. orang-orang islam harus sadar akan fakta bahwa dalam perspektif islam  seluruh keuntungan materiil itu diizinkan, tetapi bukan sebagai akhir dalam keuntungan materiil itu sendiri. ia bertindak sebagai tangga bagi kemajuan spiritual manusia.

C.     Dimensi Keilmuan Al-Qur’an
Pada masa sekarang kita temukan banyak orang yang mencoba menafsirkan beberapa ayat Al-Qur’an dalam sorotan pengetahuan ilmiah modern. Tujuan utamanya adalah untuk menunjukkan mukjizat Al-Qur’an dalam lapangan keilmuan untuk meyakinkan orang-orang non muslim akan keagungan dan keunikan Al-Quran dan menjadikan kaum muslim bangga memiliki kitab agung seperti itu.
Imam Al-Ghazali dala bukunya ihya ulum al-diin beliau mengutip kata-kata ibnu mas’ud:
“ jika seseorang ingin memeiliki pengetahuan masa lampau dan pengethuan modern , selayaknya dia merenungkan Al-Quran,”
Selanjutnya beliau menambahkan :
“ ringkasnya, seluruh ilmu tercakup di dalam karya-karya dan sifat-sifat Allah  dan Al-Quran adalah penjelasan esensi , sifat – sifat dan perbuatannya. Tidak ada batasan-NY. tidak ada batasan indikasi pertemuannyac(al-quran dan ilmu-ilmu)”.
mustafa shadiq al-rafii mengatakan bahwa dalam Al-Quran seseorang mungkin dapat menemukan banyak petunjuk mengenai fakta-faka keilmuan. Dan sains modern memmbantu kita menafsirkan makna-makna beberapa ayat Al-Quran dan membantu menyingkap fakta-faktanya , begitu juga syaikh Muhammad Bakhti mengatakan :
“ mereka yang berfikir bahwa Al-Quran itu kitab pernyataan hokum-hukum islam dan kitab peraturan , sebenarnya meninggalkan kebenaran. Al-Quran dengan pernyataan dan ppetunjuk-petunjuknya memiliki bukti bahi esesnsi dan sifat-sifat segala sesuatu, perubahan-perubahan kuantitatif dan kualitatifnya dan mengandung seluruh sains mengenai realitas-realitas eksternal, baik yang samawi maupun yang duniawi”
            Pesan Al-Quran bagi para ilmuewan muslim, menurut Al-Quran kita harus memakai indra dan intelek kita untuk memahami alam, dan ini akan mengantarkan kita kepada apresiasi keagungan dan kekuasaan Allah.  Ketika Al-Quran menganjurkan untuk menemukan asal penciptaan dengan melihat seputar bumi, itu brarti bahwa kita harus meraih fakta-fakta ilmiah lewat upaya-upaya kita  adalah melawan semangat Al-Quran apabila kaum muslim tetap diam sementara yang lain menemukan misteri-misteri alam dan lantas kita menggunakan hasil-hasilnya dan bersandar kepada mereka.
            Akhirnya yang paling penting kita pelajari dari Al-Quran dalam hubungannya dengan sains adalah keunikan pandangan dunia dan epistimologinya. Kebanyaan kesalahan yang terjadi pada perkembanhgan sains memiliki akarnya pada pandangan materrialistik yang menyertai sains modern. Al-Quran memperingatkan kita pada perangkap-perangkap ini dan memberitahukan rintangan-rintangan terhadap pengetahuan alam yang benar kepada mereka. Ringkasnya , kita yakin bahwa pelajran paling penting ynag kita dapat dari yang disebut sebagai ayat-ayat keilmuan Al-Quran adalah :
1.      Prioritas harus diberikan pada penemuan alam dengan menggunakan indra dan akal manusia
2.      Al-Quran dapat memberi kita pandangan dunia yang benar.
D.    Filsafat Sains : Sebuah Pendekatan Qur’ani
            Dalam perspektif Al-Quran, memahami alam bukanlah usaha yang bermakna kecuali jika ia membantukita memahami pencipta maha bijak dunia ini dan mendekatkan diri kepadaNYA. Memahami alam dapa mengembangkan wawasan manusia bagi pengenalan Allah dan memungkinkan untuk dapat lebih baik memanfaatkan pemberian-pemberian Allah demi kebahagiaan dan kesejahteraan dirinya.
Dari ayat-ayat berikut ini kita dapat memahami bahwa manusia diberi kemampuan mengetahui dan harus menggunakan fakultas ini sesuai dengan kemampuannya yang tertinggi :
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dala keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun  dan dia memberimu pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu bersyukur.
(QS 16 :78).
Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) kami di alam semesta dan pada diri mereka sendiri sehingga jelaslah bagi mereka bahwa ia-lah kebenaran ( QS 41:53).
Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa manusia benar-benar dapat mengetahui kebenaran mengenai alam semesta dengan lebih baik.
Diktip dari imam A li Ibnu Muhammad Taqi:
“ sesungguhnya Al-Quran dan sunnah Rasul menunjukkan bahwa hati adalah penguasa seluruh indra dan mengordinasikan perbuatan-perbuatannya(fungsi-fungsi) dan tidak ada yang dapat membatalkan yang membenarkan hati.”
Melalui ayat –ayat Al-Quran kita ingin menyimpulkan bahwa saluran-saluran yang kita gunakan untuk memahami alam adalah :
1.      Indra eksternal (dengan indra ini pengamatan dan eksperimen dapat dilakukan)
2.      Intelek yag tak dapat terkotori oleh sifat-sifat buruk (yang menguasai kehendak-kehendak dan khayalan-khayalan dan bebas dari peniruan buta)
3.      Wahyu dan inspirasi
Dan Allah dialahah yang mengirimkan angin lalu angin itu menggerakkan awan, maka kami halau awan itu ke suatu negeri yang mati lalu kami hidupkan bumi setelah matinya dengan hujan itu. Demikianlah kebangkitan itu (QS 35 :9)
                  Dengan demikian tak ada keraguan bahwa Al-Quran menganggap indraindra eksternal sebagai alat-alat utama dalam mendapatkan sebagian pengetahuan kita tetapi baik baidalam ayat-ayat diatas maupun dalam beberapa ayat lain yang akan disebutkan nanti rangsangan inderawi tidak di anggap sebagai satu-satunya sumbe pengethauan tentang alam.
Al-Qur’an member petunjuk kepada manusia dalam setiap tahap-tahap kehidupan. Dengan demikian kita dapat brharap untuk menurunkan dasar-dasar petunjuk  dari Al-Qur’an bagiriset-riset yang dilakukan dalam ilmu-ilmu kealaman. Dengan menyimpulkan dari Al-Qur’an kita yakin bahwa selain prinsip-prinsip logika seperti prinsip “non kontradiksi”, prinsip-prinsip seperti ini juga harus digunakan sebagai pembimbing dalam riset ilmiah seperti tauhid, keyakinan terhadap realitas dunia eksternal, keyakinan terhadap realitas supralisik dan keterbatasan pengetahuan manusia.
Seperti firman tuhan yang berbunyi tentang pengetahuan manusia terbatas yaitu:
      Da tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit. (QS. 17:85)
Maha suci tuhanmu yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi, dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui. (QS 36:36)
            Percaya kepada kausalitas umum merupakan pembimbing dalam riset ilmiah,prinsip kausalitas (sebab-akibat) mengatakan bahwa setiap kejadian memerlukan sebab. Prinsip ini memeiliki dua sebab penting yaitu :
1)      Prinsip determinisme, setiap sebab memerlukan suatu akibat dan tanpa sebab tidak mungkin terjadi suatu akibat
2)      Prinsip keseragaman alam, sebab-sebab yang sama diikuti akibat-akibat yang sama.
Dua akibat ini tidak dipisahkan dati prinsip-prinsip kausalitas umum, dan suatu pelanggaran terhadapnya akan menjadi pelanggaran terhadap prinsip-prinsip kausalitas umum, Al-Qur’an menunjukkan prinsip kausalitas umum.
(kami menetapkan demikian) sebagai suatu ketetapan terhadap rasul-rasul kami yang kami utus sebelum kamu. Dan tidak akan kamu dapati perubahan dalam ketetapan kami itu (QS 17:77)
            Einsten menulis  dalam suratnya yang ditujukan kepada born yaitu : “ aku tidak dipaksa menolak kausalitas ketat tanpa memepertrhkannya lebih kuat daripada yang telah kulakukan selama ini. Aku menemukan bahwa gagasan sebuah electron yang diihadapkan pada radiasi harus memilih kehendaknya sendiri, tidak hanya aktunya untuk meloncat  tetapi juga arahnya tak dapat ditoleransi. Dalam hal ini aku lebih ingin menjadi seorang penyamun atau bahkan seorang pekerja dalam sebuah rumah judi daripada menjadi seoranf fisikawan . memang usahaku untuk memberikan bentuk yang dapat di indra bagi kuanta telah gagal berkali-kali tetapi aku jauh dari putus asa. An seklaipun ini tidak pernah bekerja aku selalu terhibur oleh keyakinan bahwa kegagalan ini sepenuhnya karena diriku sendiri”.
Pada tahun-tahun belakangan ini kita menemukan sebagian ulama islam yang telah menghidupkan kembali teori peninggalan para teolog muslim, dengan mengutip teori kuantum yang ada kini bukanlah dalam bentuknya yang final, beberapa perubahan yang lebih jauh masih diperlukan perubbahan sedratis yang dibuat seseorang yang berjalan dari orbit-orbit bohr ke mekanika kuantum. Suatu hari, suatu mekanika kuantum relativitas baru akan ditemukan dimana kita tak memiliki keterbatasan-keterbatasan tersebut muncul sama sekali. Boleh jadi, mekanikakuantum untuk memilii determinisme dengan cara dikehendaki Einsten. Determinisme ini akan diperkenalkan hanya atas pengorbanan pengabdian beberapa prakonsepsi lain yag diyakini para fisikwan saat ini, dan sekarang hal ini tidak dirasakan perlu untuk dicoba.
            Oleh karena itu fakta bahwa did ala sains kita terpaksa mendapatkan gambaran alam semesta fisik yang tak lengkap. Bukan disebabakan hakikat ala mini sendiri melainkan karena diri kita.

BAB III
KOMENTAR

A.    KEKURANGAN
1.      sedikitnya penafsiran dari ayat-ayat Al-Quran dan hadits
2.      catatan-catatan tidak langsung dicantumkan pada foot not melainkan catatan berada pada halaman akhir sehingga menyusahkan kita ketika ingin mengetahui catatan rujukannya.
3.      kepolosan bahasanya penulis seolaholah penulis tidak tahu-menahu.

B.     KELEBIHAN
              Penulis berupaya merujuk ayat-ayat Al-Quran  atau sumber-sumber tradisional dalam khazanah intelektual islam secara langsung untuk dikaitkan dengan problematika sains modern dalam berbagai aspeknya.